12.7.13

Di Kota Ini Muslim dan Kristen Perangi Ekstrimis


Timbuktu, sebuah kota di negara Mali yang juga disebut banyak orang sebagai ujung dunia ini kini dikenal sebagai sebuah daerah dimana Muslim dan Kristen memelihara nilai perdamaian dan toleransi yang begitu erat sehingga keduanya memerangi para ekstrimis yang ingin menguasai secara ideologi dan fisik kota itu.

Pemimpin Muslim setempat Imam Ben Abdrahamane Essayouti mengatakan bahwa meskipun Muslim adalah mayoritas namun hubungan dengan umat Kristen terpelihara begitu erat. "Kota ini 99 persen Muslim. Tetapi kita semua toleran. Kita mengajarkan nilai toleransi. Islam mengajarkan kita untuk menghormati semua agama," katanya kepadaCatholic News Service.

Pendeta Gereja Baptis setempat, Rev. Moha Ag Oyahitt sependapat dengan Ben. " tidak ada masalah disini antara kami (Kristen) dengan Muslim. Kami hidup sebagai saudara. Satu-satunya perbedaan hanya di keyakinan Yesus Kristus dan Muhammad. Selain itu tidak ada masalah. Apapun yang kita kerjakan, kita undang mereka, begitupun sebaliknya. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana indahnya hidp bersama dan damai seperti ini," ungkap Rev. Moha.

Masalah justru timbul dari luar ketika April 2012 Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad, atau MNLA menginginkan negara sekuler berdiri di Mali utara. Kelompok sekutu Islam lainnya yang mengusung negara berdasakan syariat segera melakukan perlawanan dan dapat mengeluarkan mereka dari kota.

Namun kelompok ini menguasai Timbuktu dan akan menerapkan peraturan kota berdasarkan agama. Untuk itu warga asli Timbuktu yang mayoritas Muslim segera melakukan perlawanan balik dan mengusir mereka keluar dari Timbuktu. "Mereka bukan Muslim, mereka teroris. Mereka datang kesini hanya ingin menghancurkan dan mencuri. Di Timbuktu kita mengetahui dan mempelajari Islam. Dan apa yang mereka konsepkan (ekstrimis) sama sekali berbeda," ujar Imam Ben.

No comments:

Post a Comment