Melatih Kesabaran Anak Berpuasa

Admin 21.7.13




PUASA merupakan rukun Islam yang ke- empat, dan diwajibkan kepada kaum Muslimin setiap tahun, selama satu bulan, yaitu bulan ramadhan (Q.S. al-baqarah, 2: 185).

Puasa merupakan ibadah untuk mengenal dimensi religiusitas dan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual manusia, yang bersifat pengendalian diri. Puasa mengandung makna pendidikan dan latihan (diklat) mengendalikan kecendrungan dan dorongan alamiah perbuatan jahat dan maksiat yang langsung diciptakan oleh Allah SWT agar manusia meningkat derajatnya menjadi taqwa (Q.S. Al-Baqarah, 2: 183). Kewajiban ini ditetapkan Allah SWT tidak hanya kepada umat Nabi Muhammad Saw, tapi juga kepada umat-umat terdahulu, dan kepada kita untuk melatih kesabaran anak berpuasa.

Mengapa kita wajib melatih kesabaran anak berpuasa? Jawabannya adalah, pertama, melatih anak memiliki kemampuan (kompetensi) mengenal dimensi religiusitas, meningkatkan kecerdasan spiritual, pengendalian diri merupakan kewajiban. Demikian pula kita perlu mengenalkan kepada anak bahwa ilham berbuat kebaikan berasal dari malaikat, sedangkan dorongan nafsu berasal dari setan. Untuk membangun instink kepada kebaikan dibutuhkan kesabaran, sehingga datanglah ma’rifatullah atau ilmu mengenal Allah yang menjadi penyebab bagi keberuntungan dan kemenangan hidup di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” (2001: 60) menguraikan bahwa ma’rifatullah yang telah berurat dan berakar di dalam hati manusia disebut iman. Kedua, sabar setengah dari iman. Dua rukun iman, yaitu yakin dan sabar merupakan satu kesatuan yang utuh. Lebih lanjut Al-Ghazali menguraikan secara detail tentang yakin dan sabar sebagai berikut.

Makna yakin atau iman yang kokoh niscaya akan kekal dan abadi. Yakin adalah pengetahuan mendalam tentang prinsip dasar Islam yang Allah perlihatkan kepada seseorang. Makna sabar adalah perbuatan atau amalan yang dituntut oleh iman yang kekal dan abadi. Ini menumbuhkan pengetahuan bahwa dosa adalah merusak dan membinasakan, sedangkan amal kebajikan adalah menguntungkan. Upaya meninggalkan dosa serta menjemput kebaikan mustahil terealisasi tanpa sabar. Sabar adalah usaha keras (mujahadah) untuk mewujudkan kecendrungan kepada kebajikan ke dalam perbuatan, amal dan tindakan nyata setelah tertekan oleh paksaan dari dorongan-dorongan jahat. Dari sudut pandang ini sabar adalah setengah dari iman. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw menyebut sabar dan iman secara bersama-sama.

Beliau bersabda: “Di antara yang paling sedikit dikaruniakan kepadamu adalah yakin dan sabar”. Ketiga, iman timbul dari ilmu, dan menyebabkan munculnya perbuatan baik seseorang yang didasarkan pada ilmu dan iman. Perbuatan-perbuatan manusia ada yang bermanfaat dan menguntungkan kehidupan di dunia dan di akhirat, serta ada yang membawa mudharat dan bencana, baik di dunia maupun di akhirat. Sabar dibutuhkan berkaitan dengan amal yang membawa mudharat dan bencana bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Jadi, yakin dan sabar merupakan saling berkaitan.

Selain itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena Nabi menegaskan bahwa ibadah puasa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Rasulullah Saw bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (HR Al Hakim)
Hadis di atas menjadi ajang latihan jiwa agar semakin matang dan tegar dalam menghadapi berbagai kendala, godaan, dan tantangan kehidupan yang tidak jarang mengantarkan hidup seseorang pada jurang kehinaan. Dengan menjadikan ibadah puasa sebagai sarana mengenal adanya dimensi religiusitas, meningkatkan kecerdasan spriritual, dan latihan pengendalian diri seyogyanya dapat meningkatkan kualitas keimanan, dan kesabaran menuju mukmin yang bertaqwa agar memiliki kekuatan untuk melawan berbagai godaan hawa nafsu yang bukan tidak mungkin dapat berujung pada perbuatan keji dan munkar.

Karakter orang yang sabar sangat relevan dengan tujuan ibadah puasa, yaitu taqwa. Sedangkan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar. Jadi, anak-anak perlu dilatih untuk memiliki karakter sabar melalui ibadah puasa di bulan ramadhan untuk menggapai derajat taqwa, berpuasa adalah tangga untuk taqwa. Berikut ini beberapa karakter orang yang sabar. Karakter orang yang sabar menurut Al-Qur’an, yaitu: 1) mohon pertolongan dengan sabar dan shalat, 2) apabila ditimpa musibah mengucapkan “Inna Lillaahi Wainna Ilaihi Rajiuun”, 3) sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan peperangan, 4) tidak lemah karena bencana, tidak patah semangat dan tidak mudah menyerah, 5) taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak berselisih, 6) memilih sabar dari pada membalas, 7) taat kepada bapak, 8) mendapat ujian dari Allah SWT, 9) sabar ketika ditimpa musibah, 10) meyakini ayat-ayat Allah, dan 11) menolak kejahatan dengan kebaikan.

Berdasarkan uraian di atas, apabila kita melatih kesabaran anak berpuasa dan praktek sabar secara terus-menerus dengan kerja keras dan sungguh-sungguh (mujahadah) sampai anak berusia dewasa, berarti kita berhasil membangun karakter anak menjadi ahlush-shabri. Amien.

Related Post:

Blogger Template by BlogTusts Sticky Widget by Kang Is Published by GBT.

No comments:

Post a Comment