29.9.13

Belajar Menerima dan Mendewasa


Di suatu sore, ada seorang bapak dan anaknya. Sang anak yang baru berumur 3 tahun itu merengek, sambil memegangi pergelangan kaki bapaknya.

“Paaaa, gendong… gendong…”, begitu rengeknya.

Dengan tersenyum namun berberat hati, bapaknya menjawab,

“Jalan aja ya dek, itu cuma jalan sampe situ aja”

“Ngga mauuu… gendong pokonya gendooongg”,

Si anak merengek semakin keras, hingga mulai nampak air matanya.

Sang bapak mulai tak tega, namun tetap bersikeras untuk tidak menggendong anaknya. Bapaknya mulai berjalan perlahan, sedikit demi sedikit, membiarkan si anak tetap memeluk erat pergelangan kakinya.

Beberapa meter sudah terlampaui, akhirnya si anak yang dari tadi merengek mulai terdiam, walaupun masih sesenggukan dan memegangi pergelangan kaki bapaknya. Perlahan tapi pasti, akhirnya si bapak berhasil membawa anaknya berjalan tanpa menggendongnya. Walaupun pada akhirnya sepanjang jalan harus mendengar rengekan sang anak yang begitu berisik, dan juga diperhatikan oleh banyak orang.

Seandainya saja, sang bapak mendengarkan rengekan dan mengabulkan pinta anaknya, bisa jadi semuanya selesai begitu saja, sang anak terdiam, perjalanan pun cepat, menjadi perhatian banyak orang pun tidak.

Tapi jika demikian, kapan lagi bisa mendidik si anak agar tidak manja? Kapan lagi mengajari si anak agar kuat? Kapan lagi memberanikan si anak agar tidak takut?

Dari yang saya lihat, mungkin itu alasan sang bapak tidak juga menggendong anaknya, walaupun sudah sampai merengek rengek meminta. Ingin si anak belajar menjadi kuat.

Tapi itulah sebuah analogi, bagaimana cara Allah mendidk hambanya. Lalu pernahkah teman teman meminta dalam do’a? Meminta diberikan sesuatu, dijauhkan dari sesuatu, dicapaikan harapannya. Terkabul do’a do’anya. Saya yakin pernah. Dan seandainya saja, do’a-do’a kita itu belum juga terkabul sampai saat ini, mari kita berbaik sangka kepada Allah, seperti cerita di atas.

Jika saja Allah langsung mengabulkan setiap do’a kita, maka bisa jadi semuanya selesai begitu saja. Kita tidak lagi berdo’a untuk meminta, padahal Allah senang ketika hambaNya meminta. Bisa jadi kita menghentikan setiap usaha, karena telah mendapatkan apa yang kita minta. Padahal dari usaha usaha yang kita lakukan itulah, kita mendapatkan banyak pelajaran. Kita menjadi bisa dari tidak bisa. Jika saja setiap yang kita minta langsung diberikan olehNya, Maka kapankah kita akan mengenal sabar?

Dengan belum terkabulnya do’a, mari berbaik sangka padaNya, ada hal – hal yang ingin Allah ajarkan pada kita, tentang bagaimana belajar menerima, belajar menjadi lebih kuat, lebih berani, dan lebih mendewasa.

Seperti pinta si anak untuk digendong bapaknya, namun tidak diberikan juga, hingga pada akhirnya si anak berjalan di atas kakinya. Menang dari rasa takutnya, menang dari hidup manjanya.

Dan atas setiap do’a yang kita minta, namun belum terkabul juga, Allah telah menyiapkan rencana terindah, untuk hambaNya yang menyungguhkan usaha, memantapkan do’a, dan menyempurnakan tawakkal padaNya. Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment