25.10.14

Zionis dalam Diri Kita



Coba bayangkan, jika Anda punya saudara banyak, sampai 11 orang. Bisa bikin kesebelasan sepakbola. Tapi, repotnya di antara saudara Anda ternyata ada yang “kurang beres”. Dia dibakar rasa iri dan dengki, karena melihat orangtuamu mungkin kerepotan mengatur hubungan yang sama rata sama rasa. Padahal, manusiawi aja yak, mengurus 12 anak kan tidak gampang. Mengingat namanya saja susah.

Kakak Anda yang sulung, misalnya nih, melihat ortu lebih
 sayang dan memperhatikan Anda dan adikmu yang paling 
bungsu. Mestinya kan dia yang memonopoli kasih sayang dan
 perhatian, lalu kemudian mendistribusikan hal itu kepada adik-adiknya. Biasalah, “Big Brother” tak mau disaingi siapapun. Padahal, sekali lagi, kalau mau jadi “suheng” alias “kakak pertama” yang baik hati, bisa saja kan. Kakak yang baik dan bijak bisa menjadi “orangtua kedua” bagi adik-adiknya. Tak perlu ada monopoli atau oligarki dalam cinta keluarga.

Kenyataan pahit macam itu dialami Nabi Yusuf. Anda tahu, Yusuf adalah salah seorang putra Nabi Ya’qub. Dari empat orang isterinya (Layya, Rahil, Zulfah, dan Bilha), Nabi Ya’qub mendapat amanah total 12 anak (Roubin, Syamu’un, Lawi, Yahuza, Yasakir, Zabulon, Yusuf dan Bunyamin, Jad dan Asyir, lalu Naftali serta Dan). Yusuf dan Bunyamin adalah anak kandung Rahil. Sebenarnya Nabi Ya’qub, yang dipanggil Israil, tak pernah mendiskriminasikan perlakuan terhadap para isteri dan anaknya. Hanya oknum yang “piktor” (berpikiran kotor) saja punya kesan begitu.

Nah, di antara anak keturunan Ya’qub – mereka dijuluki Bani Israil – sayangnya cukup banyak oknum yang piktor dan “hatori” (hati kotor karena dengki). Salah satunya Yahuza, dalam istilah lain dipanggil Yehuda. Dia menghasut sodara-sodaranya untuk mengucilkan Yusuf dan Bunyamin, bahkan lebih sadis lagi bermaksud “menghabisi” Yusuf. Ingat ya, jangan sampai deh punya binatang piaraan bernama iri-dengki, sebab melalui channel itu setan lalu bisa menguasasi diri kita untuk melakukan tindakan keji.

Dalam Al Qur,’an, surat Yusuf ayat 4-5, diungkapkan alasan sederhana mengapa Yahuza membenci Yusuf. Pada suatu malam, Yusuf bermimpi “menyaksikan sebelas bintang, lalu matahari dan rembulan, semua bersujud kepadanya”. Karena penasaran, Yusuf menceritakan hal itu kepada ayahnya, tapi Ya’qub justru melarang Yusuf untuk menceritakan mimpi itu kepada saudaranya yang lain, karena “mereka akan membuat tipu daya untuk membunuhmu, sungguh setan itu musuh yang nyata bagi manusia”.

Sebelas bintang itu mungkin bermakna jumlah saudara Yusuf, sedang matahari dan bulan bisa berarti kedua orangtuanya. Makna ini perlu dicek ke ahli tafsir, termasuk arti “bersujud” yang mengandung penghormatan atau penghargaan, bukan berarti penyembahan nih. Intinya, lewat mimpi itu Allah mengabarkan, Yusuf akan menempati kedudukan terhormat suatu hari kelak. Pada masa dewasa, Yusuf memang menjadi pejabat tinggi di negeri Mesir, dan ditunjuk pula sebagai Nabi pembawa risalah.

Dari kisah keluarga Ya’qub ini kita tahu, salah satu watak buruk bangsa “Yahudi” – keturunan Yehuda tuh – adalah suka iri, dengki dan merasa paling unggul sendiri. Sifat itu persis sama dengan iblis dan setan yang membenci manusia. Sifat itu telah merusak keharmonisan keluarga Ya’qub, dan selanjutnya membawa kerusakan bagi kehidupan manusia sesudahnya. Secara politik, sifat itulah yang dirumuskan menjadi ideologi “Zionis”. Inti ajarannya, Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan, karena itu lebih mulia dari bangsa lain, dan seharusnya mendominasi percaturan dunia.

Pendukung Zionisme yang dipelopori Theodore Herzl punya keyakinan, Yahudi harus mendirikan negara di Palestina yang dipandang sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan (The Promised Land). Mereka tidak peduli di situ sudah ada penduduk asli yang menetap lama, sedang Yahudi selama berabad-abad dalam keadaan terpencar (diaspora).

Faktanya, tak semua pemeluk Yahudi mempercayai Zionisme. Di Inggris ada kaum Yahudi bernama “British Jews for Peace”, yang menolak penjajahan atas Palestina dan menentang berdirinya “negara Israel” (The Jewish State). Mereka membentuk organisasi “Neturei Karta” dan punya anggota di wilayah Amerika Utara serta Eropa, cuma kalah pamor dibanding pengikut Zionisme Internasional. Salah seorang tokoh Yahudi kultural yang kemudian beralih menjadi pemuka Marxis, dan akhirnya memeluk Islam, adalah Roger Garaudy. Tokoh berkebangsaan Perancis itu telah membongkar kebohongan Zionisme politis.

Coba perhatikan, apa ada Zionis di sekitar kita? Sesekali introspeksi diri, apa ada penyakit Yahudi (piktor dan hatori) dalam diri kita? Seperti virus yang menyerang komputer, ancaman itu harus ditangkal dan dibersihkan segera. Jangan sampai menyerang memori dan melumpuhkan daya tahan kita.

No comments:

Post a Comment