Agama-Agama Samawi Menggambarkan Tanda-Tanda Kiamat



Hari kiamat pastilah diakui oleh semua agama. Dihari itu luluh lantaklah seluruh isi bumi dan muncul fase baru yang merupakan hari pembalasan.

Dalam agama-agama Samawi (Ibrahimiah), kiamat ditandai dengan berbagai kejadian. Di agama Islam, tanda-tanda kiamat di antaranya diawali dengan adanya 10 tanda-tanda sebagaimana disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW adalam haditsnya.


"Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda kiamat, yaitu tenggelam di timur, tenggelam di barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya asap, datangnya Dajjal, Dabbah (binatang melata yang besar), Ya'juj dan Ma'juj, terbit matahari dari sebelah barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring manusia, dan turunnya Nabi Isa." (Hadits Riwayat Muslim).

Mengenai kepastian kapan kiamat tiba, dalam Islam Allah menegaskan dalam firman-firman Nya, di antaranya: "Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali tidak akan dibangkitkan, katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (At-Taghabun 64:7).

Dalam ajaran Kristiani, Alkitab menyebutkan bahwa kiamat atau akhir zaman akan diawali dengan kedatangan Kristus yang disertai atau didahului oleh bermacam-macam tanda.

Beberapa tanda tersebut di antaranya: akan datang Kristus-Kristus palsu, yang akan menyesatkan banyak orang. Akan datang godaan yang besar, yang akan menjadikan banyak orang murtad; ada penganiayaan, saling membenci, sehingga keluarga pecah-belah, saling bunuh. Akan ada perang, dan kabar perang, kelaparan, dan gempa bumi.

Akan ada bencana alam yang besar sekali. Di langit akan ada tanda kedatangan Anak Manusia. Akan ada banyak orang berpaling dari iman, murtad. Datanglah "manusia durhaka" yaitu anti Kristus. Kabar Kerajaan Allah akan diberitakan ke seluruh dunia dan bangsa Yahudi akan bertobat.

Tanda-tanda tersebut selama berabad-abad telah diterima oleh gereja sebagai tanda-tanda akhir zaman, sebelum kedatangan Kristus. Artinya, Tuhan Yesus Kristus tidak akan datang kembali sebelum tanda-tanda tersebut semuanya terjadi.

Sementara dalam agama Yahudi, akhir zaman ditandai dengan adanya beberapa peristiwa yang saling berkaitan. Di antaranya, adanya pengumpulan kembali orang-orang yang hidup di pembuangan, pembangunan kembali Bait Suci, adanya kurban binatang atau Korba.

Menurut tradisi Yahudi, orang-orang yang hidup pada akhir zaman akan menyaksikan: berkumpulnya kembali orang-orang Yahudi dari pembuangan ke Israel, kalahnya semua musuh Israel, pembangunan (atau penempatan oleh Allah) Kenisah di Yerusalem dan dipulihkannya kembali persembahan kurban dan ibadah di Kenisah. Serta kebangkitan orang mati (techiat hameitim), atau kebangkitan.

Dari sisi ilmiah, kiamat tersebut diartikan bahwa bumi akan hancur berkeping-keping seperti kapas berterbangan.

Menurut situs dari Lembaga Antariksa Amerika (NASA), saat ini sudah banyak planet yang berbalik arah putar. Jika pada planet bumi, matahari masih terbit dari arah timur, maka dalam beberapa tahun ini terdapat beberapa fenomena baru yang menurut mereka planet lain sudah mulai berbalik arah dan matahari terbit dari arah barat. Dari sisi ilmiah, inilah pertanda akhir zaman mendekati kiamat.

7 Makanan Terbaik di Bulan Puasa



Bulan puasa ramadhan adalah saat dimana makanan minuman enak bermunculan dipermukaan bumi :D Itulah mengapa kadang pengeluaran malah makin melonjak. Tapi memang itulah salah satu ciri khas bulan suci ini yang mengesankan. Berikut ini adalah makanan minuman terbaik dibulan puasa ramadhan.

1. Es Sop Buah

2. Gorengan

3. Kolak

4. Es Teh Manis

5. Kurma

6. Es Kelapa Muda

7. Puding

Kisah Misteri dan Unik Saat Ibadah Haji



Menunaikan haji menjadi salah satu ibadah mulia di hadapan Allah SWT. Ibadah haji di Tanah Suci merupakan perintah Allah SWT bagi setiap umat Islam seperti tersurat dalam Alquran dan Hadist. Tidak ada alasan bagi umat Islam menolak melaksanakan rukun Islam kelima ini bila sudah memenuhi syarat mampu.

Syarat mampu dimaksud adalah secara ibadah dan dana. Menuju Tanah Haram untuk berhaji membutuhkan biaya yang cukup besar. Setiap umat Islam yang akan berangkat juga harus memastikan nafkah cukup bagi keluarga yang ditinggalkan. Sebagian kalangan menyebut, memenuhi panggilan Allah untuk berhaji di Tanah Haram sama saja sudah siap tidak kembali berkumpul dengan keluarga selamanya.


Ketika niat sudah bulat, maka calon jamaah haji harus siap apapun yang terjadi selama berada di Tanah Haram. Salah satunya siap secara fisik. Berhaji merupakan ibadah fisik karena 80 persen ritualnya sangat mengandalkan kondisi stamina yang prima. Fisik setiap jamaah haji sudah dipertaruhkan sejak puncak haji atau wukuf di Padang Arafah.

Selama melakukan ritual di Baitul Haram seperti wukuf, jamaah juga harus melalui mabit di Muzdalifah, melontar jumroh di Mina, tawaf atau mengelilingi Ka'bah dan melakukan Sa'i. Amalan tersebut sangat menguras tenaga jamaah haji dan tidak melihat kondisi usia. Banyak jamaah wafat di Tanah Haram karena tingkat kelelahan luar biasa.

Kenyataan ini harus diketahui setiap umat muslim yang hendak menunaikan ibadah haji. Dengan kata lain, ibadah haji erat kaitannya dengan kemampuan fisik atau istita'ah kesehatan. Selama ini, banyak jamaah haji yang mengabaikan kondisi kesehatannya. Padahal dalam kondisi tidak mampu secara medis, maka gugur pula kewajibannya.

Sebagai gantinya, orang yang tidak mampu melaksanakan ritual haji karena meninggal atau uzur syar’i, baik rohani maupun jasmani bisa dibadalkan. Badal haji atau haji badal berarti amanah haji atau menghajikan orang lain. Aturan ini juga sudah tertuang dalam hadist Rosulullah.

Seorang wanita dari Khas’am bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, salah satu kewajiban Allah kepada hamba-Nya adalah haji. Ayah saya sekarang sudah sangat tua, tidak lagi sanggup duduk di atas kendaraan. Apakah saya boleh menunaikan ibadah haji atas namanya?” “Boleh,” jawab Rosulullah.

Kenyataannya, tidak sedikit jamaah yang berangkat dengan kondisi kesehatan berisiko tinggi. Bahkan ada jamaah yang sangat tergantung orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Sudah pasti, jamaah yang bergantung pada orang lain dan orang yang membantunya tidak akan maksimal menjalankan seluruh ritual hajinya.

Kondisi humanis inilah yang membuat sebagian ulama menyatakan bahwa ibadah haji itu unik. Orang yang niatnya sudah bulat tidak lagi memperhatikan kondisi tersebut. Tidak sedikit pula jamaah haji yang menjawab ingin wafat di Tanah Haram. Mereka berdalih, wafat di saat berhaji masuk dalam golongan orang yang mati syahid.

Pada tahun ini, ada jamaah haji tertua dari Indonesia dengan usia 110 tahun, Karto Marsaid bin Sonodrono. Jamaah ini tergabung bersama kelompok terbang 6 Banjarmasin dengan pesawat Garuda GA-8106. Dengan usianya, sulit membayangkan Karto mampu menjalani ritual haji. Nyatanya, Karto terlihat masih bugar.

Bukti lainnya, Allah menunjukkan kekuasaannya dan mungkin dinilai aneh bagi manusia. Seorang jamaah haji asal Medan berusia 96 tahun berangkat ke Tanah Suci didampingi cucunya. Tidak pernah terbayangkan jamaah lain bahwa sang cucu yang berusia 50 tahun wafat di Tanah Suci. Sementara sang kakek tetap sehat dan bisa menyelesaikan ibadah hajinya.

Selain unik, setiap orang yang berhaji juga dihadapkan banyak misteri. Secara ilmiah, manusia tidak akan menjangkau sabab musababnya. Misteri yang muncul setiap kali penyelenggaraan ibadah haji adalah kejadian aneh di Tanah Haram. Banyak jamaah stres ketika tiba di Arab Saudi atau saat menjalankan ritual haji. Akibatnya, mereka mengacau atau bahkan membahayakan orang lain.

Beberapa jamaah stres dan memaksa kembali ke kampung halamannya setelah tiba di bandara. Ada pula yang mencari anaknya di bandara, padahal jamaah tersebut berangkat seorang diri. Kejadian itu baru di bandara Jeddah, yang notabenenya bukan Tanah Haram.

Ada pula yang mengalami kejadian yang sebelumnya sempat dia pikirkan. Hal di luar nalar dialami beberapa petugas haji. Seorang petugas haji tanpa sadar naik kereta dengan rute Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) di Stasiun Mina. Padahal, jamaah dan petugas haji Indonesia dilarang menggunakan fasilitas tersebut.

Rupanya, petugas haji tersebut sempat mengajak rekan-rekannya menikmati layanan tersebut, namun ditolak. Hingga satu hari, dia tanpa sadar diarahkan menuju stasiun dan naik kereta. Petugas haji tersebut terpisah dari rombongan lain yang berangkat bersama dari pemondokan untuk melontar jumroh.

Secara logika, seharusnya petugas haji itu dilarang masuk area stasiun ketika memasuki pintu gerbang. Terlebih setiap penumpang dikenakan ongkos 200 reyal atau sekira Rp500.000. Dengan lenggang di depan petugas dia masuk stasiun dan naik kereta. Dia baru tersadar saat kereta sudah berjalan. Tragisnya, petugas itu berada di gerbong khusus perempuan.

Setidaknya kejadian itu menjadi gambaran atau tauladan bagi siapa pun yang hendak melaksanakan ibadah haji. Masih banyak kejadian misteri yang dialami jamaah haji. Selain dana, ibadah dan kesehatan, ada aspek lain yang harus dijalani. Setiap umat muslim yang menunaikan ibadah haji harus menjada ucapan selama di Tanah Haram. Terlebih setiap manusia tidak boleh sombong, meski hanya hal sepele. Kesombongan itu bisa langsung menjadi petaka di Tanah Haram.

25 Pertanyaan Tentang Islam yang Sering Ditanyakan Orang Amerika




Masyarakat Amerika yang pluralistik tampaknya sedang berubah dari yang “bergerombol” menjadi lebih spesifik lagi, terutama terhadap ajaran ideologi. Namun, walaupun Islam adalah agama besar dengan lebih dari 1 milyar pengikut di seluruh dunia dan lebih dari 6 juta di Amerika Serikat, sebagian orang Amerika masih berpikir bahwa Islam adalah kultus.

Sebagian meyakini bahwa semua muslim adalah teroris atau memiliki 4 orang istri. Para aktivis Islam di negeri itu pun sepakat, bahwa hal ini terjadi karena kesalahpahaman orang Amerika tentang Islam, dan itu dipicu karena kurangnya informasi yang benar tentang ajaran Islam.

Inilah daftar pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh orang Amerika selama ini:
01. Apa itu Islam?
02. Siapakah Allah?
03. Siapakah Muslim itu?
04. Siapa Muhammad?
05. Apakah Muslim menyembah Muhammad?
06. Apa Muslim berpikir tentang Yesus?
07. Apakah umat Islam memiliki banyak sekte?
08. Rukun-rukun Islam?
09. Apa tujuan ibadah dalam Islam?
10. Apakah Muslim percaya pada akhirat?
11. Apakah tindakan baik non-Muslim akan sia-sia?
12. Apa batasan pakaian bagi umat Islam?
13. Makanan apa saja yang dilarang dalam Islam?
14. Apa itu Jihad?
15. Apa tahun Islam itu?
16. Apa saja festival besar Islam?
17. Apa itu Syariah?
18. Apakah Islam disebarkan oleh pedang (melalui perang)?
19. Apakah Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme?
20. Apa itu Fundamentalisme Islam?
21. Apakah Islam mempromosikan poligami?
22. Apakah Islam menindas perempuan?
23. Apakah Islam toleran terhadap agama minoritas lainnya?
24. Apa pandangan Islam tentang: kencan seks pranikah dan aborsi; homoseksualitas dan AIDS; eutanasia dan bunuh diri; transplantasi organ?
25. Bagaimana seharusnya Muslim memperlakukan Yahudi dan Kristen?

Mungkin inilah peran besar kita semua untuk memberikan gambaran yang benar tentang Islam. Begitu banyak media Barat yang telah melakukan pemberitaan tentang Islam yang jauh dari kenyataan sebenarnya, sehingga orang-orang non-Islam menganggap Islam sesuatu yang harus dicurigai.

Pandangan Islam Mengenai Primbon




Primbon sebagai budaya, kelahiran dan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Islam di Nusantara khususnya Pulau Jawa. Primbon yang biasa disebut sebagai 'ilmu slamet' banyak mengadopsi nilai-nilai Islam dengan unsur Hindu dan Budha yang masih melekat.



Pada mulanya primbon yang berupa catatan-catatan pribadi hanya diturunkan dan diwariskan di lingkungan keluarga keraton dan abdi dalem. Baru pada abad ke-20 primbon mulai dicetak dan diedarkan secara bebas. Primbon cetakan tertua berangka tahun 1906 Masehi, diterbitkan oleh De Bliksem. Namun sebagai sebuah buku yang tersusun sistematis, Primbon baru diterbitkan pada tahun 1930-an. Dan sejak saat itu, primbon bukan lagi sekadar turun temurun keluarga, tetapi sudah dijual bebas. Meski mengatur banyak hal, dewasa ini Primbon hanya dipahami sebagai buku untuk mencari hari baik pernikahan atau pun hajatan lainnya. Dalam Primbon, hari baik menjadi langkah dasar setiap usaha manusia. "Zaman dahulu, primbon itu sangat diyakini (masyarakat Jawa). Hal ini karena Primbon didasarkan kelahiran setiap manusia. Setiap kelahiran seorang bayi itu akan sangat dipengaruhi kekuatan alam, dalam arti lingkungan bumi, planet-planet lain mempengaruhi orang atau watak bayi tersebut nantinya," ujar pemerhati Budaya Jawa, Mulyono kepada merdeka.com. Oleh karenanya dalam hal mencari hari baik, satu orang dengan orang lainnya berbeda hari baiknya. "Ada hari-hari tertentu yang tidak baik untuk orang tertentu, tetapi baik untuk saya. Bisa baik untuk saya tidak baik untuk Anda. Dan itu ada rumusnya, bukan ngawang-ngawang," ujarnya. Dalam primbon setiap hari dan pasaran memiliki angka (Neptu) masing. Hari Minggu memiliki angka 5, hari Senin 4, Selasa 3, Rabu 7, Kamis 8, Jumat 6 dan Sabtu 9. Sedangkan pasaran, Kliwon memiliki neptu 8, Legi 5, Pahing 9, Pon 7 dan Wage 4. Nah neptu weton (gabungan hari dan pasaran) ini yang kemudian digunakan untuk menghitung dalam mencari hari baik, calon jodoh hingga meramal sebuah bahtera rumah tangga. Hal ini tentu berbeda dengan pandangan Islam. Dalam Islam tidak mengenal hari buruk. Semua hari adalah sama, baik. Lalu bagaimana pandangan Islam soal primbon ini? "Ketika ada masyarakat yang masih menggunakan primbon sebagai rujukan mencari hari baik, menurut saya itu sah-sah saja. Primbon itukan sebuah budaya dengan pertimbangan logika. Jadi tidak apa-apa," ujar Rois Syuriah Pengurus Besar NU, KH Ahmad Ishomuddin kepada merdeka.com, Senin (21/11) kemarin. Menurut Ahmad Ishomuddin, selama tidak bertentangan dengan akidah Islam, sebuah budaya tidak harus ditinggalkan. Dalam hal mencari hari baik untuk pernikahan misalnya, pemilihan hari adalah sebuah kebebasan bagi manusia. Islam hanya mengajarkan semua hari baik, dan selanjutnya terserah manusia untuk memilih yang mana. "Ya primbon itu kalau dipertentangkan bisa jadi pertentangan, tetapi kalau mau diselaraskan pun bisa. Tergantung kita melihatnya dari sudut pandang mana," ujarnya. Islam sangat menghormati budaya yang selama hal itu tidak bertentangan dengan akidah. Dia pun tidak sepakat bila ada cap musyrik bagi mereka yang masih mempercayai hitungan-hitungan primbon. "Tidak bisa kita menyebut musyrik atau menyekutukan Allah karena dia menggunakan primbon sebagai rujukan. Jangan buru-buru menghakimi sebelum kita tahu yang sebenarnya. Biasanya yang buru menyalahkan menghakimi itu wawasannya belum luas. Asal beda haram, asal tidak dilakukan nabi haram, tidak seperti itu," imbuhnya.

Amalan Paling Dicintai Allah




Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : “Manakah waktu yang paling afdhal untuk melaksanakan shalat ? Apakah shalat diawal waktu itu lebih afdhal ?
Jawaban.
Melaksanakan shalat sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh syar’i adalah lebih sempurna oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya : ‘ Amalan apakah yang paling dicintai Allah ? Beliau menjawab : Shalat tepat pada waktunya’ [1]
Beliau tidak menjawab (shalat pada awal waktu) dikarenakan shalat lima waktu ada sunnah untuk didahulukan pelaksanaannya dan ada yang sunnah untuk diakhirkan. Misalnya shalat isya’, sunnah untuk mengakhirkan pelaksanaannya sampai sepertiga malam, maka apabila seorang wanita bertanya mana yang lebih afdhal bagi saya, saya shalat isya’ ketika adzan isya’ atau mengakhirkan shalat isya’ sepertiga malam ? Jawabannya : Yang lebih afdhal kalau dia mengakhirkan shalat isya’ sampai sepertiga malam, karena pada suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya’ sehingga para shahabat berkata : ‘Wahai Rasulullah, para wanita dan anak-anak telah tidur, lalu beliau keluar dan shalat bersama mereka kemudian bersabda : Sesungguhnya inilah waktu yang paling tepat (untuk shalat isya’) kalaulah tidak memberatkan umatku’. [2]
Demikian pula dianjurkan bagi para laki-laki muslimin yaitu laki-laki yang mengalami kesulitan di saat bepergian mereka berkata : Kami akhirkan shalat atau kami dahulukan ? Kita jawab : Yang lebih afdhal hendaknya mereka mengakhirkan.
Demikian pula kalau sekelompok orang mengadakan piknik dan waktu isya’ telah tiba, maka yang lebih afdhal melaksanakan shalat isya’ pada waktunya atau mengakhrikannya ? Kita menjawab : ‘Yang paling afdhal hendaklah mereka mengakhirkan shalat isya’ kecuali kalau mengakhirkannya mendapat kesulitan, maka shalat subuh, dhuhur, ashar, maghrib, hendaknya dikerjakan pada waktunya kecuali ada sebab-sebab tertentu.
Adapun shalat fardhu selain shalat isya’ dilaksanakan pada waktunya lebih utama kecuali ada sebab-sebab tertentu untuk mengakhirkannya. Adapun sebab-sebab tertentu antara lain.
Apabila cuaca terlalu panas maka yang paling afdhal mengakhirkan shalat dhuhur pada saat cuaca dingin, yaitu mendekati waktu shalat ashar, maka apabila cuaca terasa panas yang afdhal shalat pada cuaca dingin, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Apabila cuaca sangat panas maka carilah waktu yang dingin untuk shalat, karena hawa panas itu berasal dari hembusan neraka jahannam’ [3]
Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat safar, Bilal berdiri untuk adzan maka Rasulullah bersabda : ‘Carilah waktu dingin [4]. Kemudian Bilal berdiri lagi untuk adzan, Rasulullah mengizinkannya.
Seorang yang mendapatkan shalat berjama’ah diakhir waktu sedangkan diawal waktu tidak ada jama’ah, maka mengakhirkan shalat lebih afdhal, seperti seseorang yang telah tiba waktu shalat sedangkan ia berada di daratan, ia mengetahui akan sampai ke satu desa dan mendapatkan shalat berjama’ah di akhir waktu, maka manakah yang lebih afdhal ia mendirikan shalat ketika waktu shalat tiba atau mengakhirkannya sehingga ia shalat secara berjama’ah ?
Kita katakan :’Sesungguhnya yang lebih afdhal mengakhirkan shalat sehingga mendapatkan shalat secara berjama’ah, yang kami maksudkan mengakhirkan di sini demi hanya untuk mendapatkan shalat berjama’ah.
[Disalin dari buku Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Bab Ibadah, Penerjemah Furqan Syuhada, Penerbit Pustaka Arafah]
_________
Foote Note.
[1]. Hadits Riwayat Bukhari, Kitabul Mawaqit, bab, Fadhul Shalat Liwaktiha, dan Muslim. Kitabul Al-Iman, bab Launul Iman billahi Ta’ala afdahl Al-Amal.
[2]. Hadits Riwayat Muslim. Kitabul Masyajidi, bab Waktul isya’ wa takhiruka.
[3]. Hadits Riwayat Bukhari, Kitabul Mawaqiti Shalat, bab Al-Ibrad bi dhuhri fi siddatil harri, dan Muslim, Kitabul Masajid, bab Istihbab Al-Ibrad di dhuhuri.
[4]. Hadits Riwayat Bukhari, Kitabul Mawaqiti Shalat, bab Al-Ibrad bi dhuhuri fi safar, dan Muslim. Kitabul Masajidi, bab Istihbab Al-Ibrad bi dhuhuri fi siddatil harri


Sumber: https://almanhaj.or.id/391-manakah-waktu-yang-paling-afdhal-untuk-melaksanakan-shalat.html

Keistimewaan Memulai Makan dari Pinggir Piring Menurut Rasul




Rasulullah SAW merupakan teladan bagi seluruh umat manusia. Beliau memiliki sifat yang sempurna dalam berbagai aspek kehidupan. Apapun yang telah beliau lakukan dan perintahkan kepada umatnya pastilah membawa kebaikan.

Tidak hanya dalam urusan yang besar seperti ibadah saja, Rasulullah SAW juga memberikan teladan mengenai persolan ringan terkait keseharian seperti adab ketika makan. Beliau memerintahkan agar ketika makan, hendaknya untuk memulainya dari pinggir piring.

Ternyata ada keistimewaan tersembunyi di balik perintah Rasulullah yang sederhana ini. Lantas keistimewaan apakah yang akan diperoleh mereka yang memulai makan dari pinggir piring tersebut? Simak informasi selengkapnya di sini.

Ternyata, keistimewaan memulai makan dari pinggir piring menurut Rasulullah SAW adalah niscaya orang yang melakukannya akan mendapatkan keberkahan.

Dari Abdullah bin Busrin, dia menceritakan, “Nabi mempunyai wadah besar yang disebut Al-Gharra, yang dibawa oleh empat orang. Ketika mereka berada pada pagi hari, mereka disuguhi wadah besar itu -yang telah berisi bubur- dan mereka pun berkumpul mengelilingi wadah tersebut. Setelah jumlah mereka banyak, maka Rasulullah duduk berlutut. Lalu seorang badui berucap, ‘Duduk macam apa itu?’ Maka Nabi menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku hamba yang mulia, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai hamba yang sombong lagi kasar.’ Selanjutnya beliau bersabda, ‘Makanlah dari tepi wadah tersebut dan jangan mengambil dari tengahnya, niscaya akan diberikan berkah padanya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Dalam kitab Fiqhunnisa karya Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, disebutkan, dari Ibnu Abbas ra, Nabi Saw pernah berkata,

“Berkah itu turun pada bagian tengah makanan, karenanya makanlah dari tepi wadah makanan tersebut dan jangan mengambil dari tengahnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Selain memulai makan dari pinggir piring, ternyata ada beberapa adab makan lagi yang berbuah pahala apabila di lakukan. Yakni senantiasa mengawali dengan membaca basmalah dan mengakhirinya dengan mengucapkan hamdalah.

Dari Umar bin Abi Salamah, dia menceritakan, Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Bacalah Nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu.” (Muttafaqun Alaih)

Dari Aisyah dia menceritakan, Rasulullah Saw bersabda ,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan, maka hendaklah dia membaca basmalah pada permulaannya. Dan apabila dia lupa membacanya, maka hendaklah dia membaca ‘Bismillahi ‘alaa awaalihi wa akhirihi’ (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya).”

Abu Umamah RA meriwayatkan bahwa jika selesai makan, Nabi SAW biasanya mengucapkan, “Alhamdulilahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ghaira makfiyyin wa la muwadda’in la mustaghnan’anhu rabbana,” (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang tiada terhingga, baik dan penuh berkah. Ya Tuhan kami, kami tidak mampu membalas anugerahMu, tidak mampu meninggalkannya dan tidak mampu menghindarinya),” (HR Al-Bukhari).

Demikianlah informasi mengenai keistimewaan di balik anjuran memulai makan dari pinggir piring menurut Rasullah SAW. Sudah sepatutnya sebagai kaum muslimin kita senantiasa meneladani apa yang sudah menjadi sunnah beliau agar mendapatkan keberkahan di dunia serta akhirat kelak.