7.7.14

Sakinah Bersama Al-Qur’an


Kelak di akhirat hanya ada dua tempat yaitu surga atau neraka dan tidak ada tempat ditengah-tengah keduanya. Maka hanya ada dua pilihan, selamat atau celaka.
Allah SWT yang maha mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Mari kita melihat masa lalu kita, sesuatu yang kita anggap buruk di masa lalu justru membawa kebaikan untuk saat ini. Begitu pun dengan sesuatu yang kita anggap baik di masa lalu, justru berakibat buruk untuk saat ini. Tentu dari pengalaman tersebut kita dapat belajar dan apa yang difirmankan Allah terbukti benar.
… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah:216)
Maka mengapa Al Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Berpaling dari Al Qur’an akan membuat hidup menjadi sempit.
Salah satu alasan mengapa kita harus dekat dengan Al Qur’an adalah untuk mendapatkan pertolongan di akhirat kelak. Cara kita untuk mendekat dengan Al Qur’an adalah dengan menghafalnya. Apabila kita tidak mau untuk menghafal AL Qur’an, bagaimana mungkin kita bisa mencintai Al Qur’an. Bila kita tidak bisa mencintai Al Qur’an, bagaimana Al Qur’an bisa menjadi penolong bagi kita.
Manusia akan hidup tenang, sakinah atau damai bersama Al Qur’an. Iman mengadung tiga unsur yaitu hati, perkataan, dan perbuatan. Bila seseorang mengaku cinta kepada Al Qur’an maka hatinya akan membenarkannya, lisannya akan mengatakannya dan perbuatannya merupakan wujud dari cintanya. Bersama Al Qur’an berarti hari-hari senantiasa dihiasi dengan Al Qur’an.
Bagaimana adab membaca Al Qur’an?
Adab ketika membaca Al Qur’an ialah ikhlas, tartil dengan tajwid, tadabur dan bersuci. Berkaitan dengan masalah ikhlas, iblis telah berjanji akan menyesatkan golongan manusia tanpa kecuali. Membaca dengan tartil yaitu sesuai dengan tajwid serta memenuhi hak-hak dan sifat-sifat huruf. Selanjutnya adalah berusaha untuk mentadaburi Al Qur’an, seseorang yang tidak dapat mentadaburi Al Qur’an, maka hatinya akan tertutup. Tentang keadaan bersuci, terjadi perbedaan pendapat ulama, namun lebih baik bila kita bisa membaca Al Qur’an dengan bersuci.
Kenapa harus menghafal Al Qur’an?
Allah memerintahkan kita untuk membaca (iqro’) seperti yang tertulis pada QS. Al Alaq ayat 1-5. Menghafal Al Qur’an merupakan awal dari jihad kita. Fadlilah tentang Al Qur’an sangatlah banyak, sebagian ada yang bisa dirasakan di dunia, dan ada pula yang hanya bisa dirasakan ketika di akhirat kelak.
Seperti apa pengalaman menghafal Al Qur’an?
Keinginan kita untuk menghafal Al Qur’an patut kita syukuri. Jika kita sudah memiliki keingan maka InsyaAllah akan ada jalan untuk menghafal. Seseorang mampu menghafal Al Qur’an bukanlah karena kemampuan otaknya semata, melainkan karena hidayah Allah SWT. Menghafal Al Qur’an itu menggunakan hati dan tentang keinginan serta tekat yang kuat.
Sekarang tanyakan kepada hati kita, Apakah kita senang membaca Al Qur’an? Jika Ya, maka keinginan kita untuk menghafal Al Qur’an InsyaAllah akan tercapai. Namun jiika tidak, maka keinginan untuk menghafal Al Qur’an hanyalah sebatas angan-angan kosong.
Beberapa pertanyaan:
Bisakah kita menghafal secara mandiri? Menghafal harus mempunyai guru (musyrif). Al Qur’an diajarkan secara talaqi dari lisan ke lisan. Sejak Al Qur’an disampaikan kepada Rasulullah, sahabat, tabiin dan tabiat hingga sampai kepada kita penyampaiannya secara talaqi. Telanjur menghafal dengan salah pengucapan akan menjadi sulit untuk dibetulkan.
Bagaimana pendapat Ustadz tentang menghafal dengan metode mendengarkan? Metode mendengar kurang direkomendasikan. Biasanya dengan mendengarkan, penghafal tidak terlalu berkosentrasi. Namun jika ingin mengikat kemampuan hafalan kita maka tidak apa-apa dengan metode mendengarkan. Terkadang saat kita mendengarkan bacaan Al Qur’an kita lebih fokus pada lagunya, padahal yang terbaik untuk didahulukan adalah cara bacanya.
Antara tahsin atau menghafal, mana yang harus didahulukan? Tahsin lebih utama. Menghafal itu harus bahasa Arab atau tidak? Bukan menjadi kendala walaupun kita tidak faham bahasa Arab. Penghafal yang tidak tahu bahasa Arab biasanyamenjadi lebih lengket hafalannya. Saat sudah mengerti bahasa Arab akan lebih bagus bagi dia.
Tilawahnya berapa jus per hari? Memasuki bulan Ramadhan sangat baik bila mempunyai tekat mengahafal atau membaca Al Qur’an. Setiap orang bisa mempunyai target masing-masing dalam membaca Al Qur’an. Kalau sudah menghafal mempunyai target murojaah. Kembali kepada target masing-masing. Lebih baik murojaah dulu dan menjaga yang sudah hafal.
Mengapa ada hafizh yang akhlaknya tidak mencerminkan akhlak terpuji, bukankah Allah telah menjaga pengafal Al Qur’an? Al Qur’an bisa menjadi pembela maupun laknat bagi manusia. Maka kita harus senantiasa berhati-hati dan selalu memohon perlindungan kepada Allah. Sebelum menghafal, jangan takut terhadap tanggungjawab penghafal Al Qur’an. Tentu apa yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya. Siapa yang tidak ingin menghadiahkan mahkota untuk orang tua nya di surga? Ayo semangat menghafal Al Qur’an.
Disampaikan oleh Ustadz Abu Bakri dalam Dauroh Qur’an Madani Mabda.

No comments:

Post a Comment