Kali ini, isu kemanusiaan difokuskan pada tragedi pembantaian Khojaly yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan. Menurut Said Agil, selama ini terdapat diskriminasi penanganan kasus hukum terhadap korban kejahatan kemanusiaan bagi umat muslim.
"Satu saja Yahudi dibunuh pasti gempar dunia ini PBB rapat. Tapi kalau muslim yang dibunuh, semua diam aja, dunia diam saja, hanya mengutuk ngomong doang," tukasnya dalam pidatonya di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (28/02/2013).
Ia menambahkan wilayah Azerbaijan sejak 21 tahun lalu dicaplok oleh 40 ribu jiwa, dan dibunuh tentara Armenia. Namun ia menyesalkan sikap dunia yang hanya bisa diam.
"PBB diam, Dewan keamanan diam maka kita yang harus berbicara," tegasnya.
Kezaliman di bidang politik ekonomi sosial dan budaya terhadap umat muslim, kata dia, sudah di depan mata. Contoh lain, lanjutnya, negara Iran mengembangkan nuklir untuk perdamaian dunia, selalu ditentang.
"Apa artinya kita belajar fisika, negara islam tak boleh, tapi kalau mereka (negara non muslim) ribuan boleh," paparnya.
Said Agil menilai Iran dianggap berbahaya, karena mampu mengembangkan persenjataan. Menurutnya itu menjadi gambaran nasib orang Islam sampai saat ini.
"Beberapa keputusan dewan keamanan tidak dihormati. Azerbaijan seluruhnya umat muslim, dimana negaranya kaya mineral, juga mempunyai SDM, masa depan cemerlang, tak punya utang," imbuhnya.
Ia mengklaim, PBNU kini sedang meminta petisi tiap anggota dewan di DPR RI untuk mendukung penuntasan hukum pembantaian di Azerbaijan. "Kita sebagai umat islam harus mendukung sesama saudara kita," tandasnya.
No comments:
Post a Comment