Sebagai konsep sekaligus ide, liberalisme di Indonesia sudah lama menancapkan pengaruhnya. Menurut Tiar Anwar Bachtiar, peneliti sejarah Institute For the Study of Islamic Thought And Civilizations (INSISTS) mengungkapkan, ide-ide liberalisme disebarkan ke seluruh dunia lewat kolonialisme.
“Di Indonesia ide ini dibawa negera-negara penjajah seperi Portugis, Inggris dan Belanda,” jelasnya dalam acara “3 jam lawan liberal” di masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta (22/9/2013).
Jejak liberalisme yang dibawa Barat tidak lepas dari para pemikirnya. Nama-nama seperti Auguste Comte, John Stuart Mill, John Locke dan Thomas Hobbes adalah nama yang sering menjadi rujukan dalam ilmu sosial.
“Pemikiran mereka 100% diadopsi tanpa kritik,” jelas Alumnus Magister Sejarah Universitas Indonesia (UI) ini.
Kini, liberalisme global sedang mencari musuh baru setelah keruntuhan Uni Soviet dengan paham sosialismenya.
“Dan Samuel P. Huntington dalam buku ‘Clash of Civilization’ menjadikan Islam (secara keseluruhan) sebagai musuh baru liberalisme,” ujar pengarang buku Sejarah Nasional Indonesia perspektif Baru ini.
Kenapa Islam menjadi musuh bagi Barat sekarang, karena Islam adalah satu-satunya agama yang tidak berhasil diliberalkan. Berbeda dengan Kristen dan Yahudi yang telah berhasil diliberalkan Barat.
“Bahkan Hindu sekarang pemeluknya sudah menyetujui Miss World di Bali. Padahal Miss World adalah produk dari budaya liberal Barat,” terangnya.
Bukti bahwa liberalisme telah berhadap-hadapan dengan Islam dapat dilihat dari kritisnya Ummat Islam terhadap demokrasi. Sedangkan di bidang finance, kata Tiar, ekonomi syariah berhadapan langsung dengan sistem pasar bebas.
“Sementara budaya permisif berhadapan dengan akhlak al karimah,” jelasnya.
Sebagai penutup Tiar Anwar Bachtiar berpesan bahwa aqidah tauhid menjadi benteng terakhir ummat dalam menghadang arus liberalisme.
No comments:
Post a Comment