29.9.13

Jilbab Hati Diawali dengan Jilbab Kepala

“SAYA ingin menjilbabi hati dulu sebelum memakai jilbab di kepala.” Kalimat itu sering jadi alasan seorang Muslimah tidak mengenakan jilbab. Alasan sebenarnya, dia belum mendapatkan hidayah untuk melaksanakan perintah Allah SWT tentang kewajiban berjilbab bagi kaum wanita Muslimah.



“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab 33; 59).

Jilbab kepala merupakan titik awal ‘jilbab hati’. Jilbab kepala akan menjadi pengingat sekaligus memberikan kesadaran bagi pemakainya supaya menjaga hati dan perilakunya.

Jilbab bukan sekadar penutup kepala. Selain sebagai penutup aurat, pengingat, dan langkah awal hijab hati, jilbab adalah simbol kehormatan dan harga diri setiap muslimah.

Di negara-negara minoritas Muslim, jilbab sebagai identitas Muslimah lebih terasa lagi, bahkan ia menjadi sarana dakwah, minimal mengenalkan Islam kepada kalangan non-Muslim.

Aurat wanita adalah kehormatannya. Jika tidak ditutup, maka kehormatan itu jatuh, luntur. Maka, jilbab adalah sarana menjaga kehormatan dan harga diri kaum wanita Muslimah.

Dengan jilbab kepala dan hati sesungguhnya membuat lawan jenis tidak memandang, menggoda, apalagi melecehkan. Mereka akan lebih sopan terhadap kita. Jilbab membuat kita lebih dihargai. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment