Kelompok anti-Muslim yang menyebut diri mereka sebagai "Kelompok 969" terus menyebarkan sentimen negatif mengarah kepada warga Muslim di Myanmar. Keberadaan kelompok tersebut mengancam transisi demokrasi yang masih terus berlangsung di Myanmar.
Selebaran, stiker, dvd, dan kampanye-kampanye melalui internet terus menyebarkan kebencian terhadap warga Muslim di Myanmar. Hal ini makin terus merebak sejak kerusuhan di Kota Meikhtila, yang menewaskan 43 jiwa.
Peningkatkan sikap Islamofobia ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintahan Myanmar yang tengah melakukan reformasi di bawah kepemimpinan Presiden Thein sein. Tak pelak meningkatnya sentimen ini membuat warga Muslim Myanmar merasa khawatir.
Muslim Myanmar yang jumlah diperkirakan mencapai empat persen dari penduduk Myanmar yang berjumlah 60 juta itu, biasanya hidup damai berdampingan dengan warga Myanmar yang mayoritasnya memeluk agama Budha. Kedua kelompok masyarakat ini, hidup berdampingan dengan damai selama beberapa generasi.
Tetapi Presiden Dewan Hubungan Islam Myanmar Nyunt Maung Shein mengatakan, seluruh warga Muslim di negaranya saat ini khawatir dengan masa depan mereka. "Bagaimana kami bisa hidup dalam lingkungan ini? Kami melihat warga Muslim, laki-laki, perempuan, anak-anak dan siswa dibunuh secara brutal," ujar Nyunt, seperti dikutip WA Today, Senin (15/4).
"Muslim menjadi kambing hitam dari transisi pemerintahan brutal junta militer (ke pemerintahan reformis)," lanjutnya.
Ucapan Nyunt bukan tanpa bukti. Warga Myanmar yang dipimpin oleh seorang biksu bernama Wirathu, terus menganggap Muslim Myanmar sebagai musuh mereka. Wirathu yang mencetus pergerakan 969, menuduh warga Muslim Myanmar bertanggungjawab atas krisis yang terjadi di negara itu.
Wirathu menyatakan, pergerakannya itu bertujuan untuk mendorong warga Budha untuk saling mendukung usaha yang dibentukan oleh warga setempat. Dirinya juga mendesak agar warga untuk menikah dalam lingkungan agama yang sama.
Related Post:
Category ›
Berita
No comments:
Post a Comment