Ahad (15/12/2013) Masjid Muhammad Ramadhan, Taman Galaxy, Bekasi Selatan kedatangan tamu bernama Dr. Burhanuddin Siagian, seorang da’i asal Tarutung, sebuah kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lahir di tengah keluarga Kristen pada tahun 1964, nama asli Burhanudin adalah Parman Siagian. Enam dari sebelas saudaranya tumbuh menjadi pendeta dari berbagai macam ordo Kristen. Sementara Burhanuddin sendiri menemukan hidayah dengan cara yang unik.

“Kalau Islam ada acara musabaqoh tilawatil qur’an, di Kristen ada acara liturgy, ketika saya masih SD, saya ikut dalam acara liturgy dan mendapat giliran menyampaikan hapalan saya tentang keharaman babi (imamat 11:7). Saat itu hapalan saya disalahkan karena dianggap berbeda dengan apa yang tertulis dalam Alkitab kawan-kawan saya. Di alkitab saya (tahun 1973) tertulis hanya ‘babi’ saja sementara di Alkitab lain tertulis ‘babi hutan’. Hal-hal semacam ini (kontradiksi) yang membuat saya ragu dengan ajaran Kristen sendiri,” jelasnya.
Setelah masuk Islam, Burhanuddin Siagian memperdalam keislaman dengan belajar di pesantren Musthofawiyyah Tapanuli Selatan dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Setelah lulus dan mendapatkan gelar S2, Burhanuddin terpanggil dengan keprihatinan terhadap nasib umat Islam di kampung halamannya. Dia pun memutuskan untuk terjun sebagai Da’i.
Selain menghadapi kekuatan arus Kristenisasi, Burhanuddin juga menyampaikan tantangan lain dalam berda’wah di pedalaman Tapanuli Utara.
“Aqidah Islam saat ini masih banyak ditentang oleh masyarakat lewat tradisi lokal,” ujarnya.
Burhanuddin juga menghimbau agar umat Islam di seluruh Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap kasus Kristenisasi yang terjadi di daerah terpencil.
“Daerah terpencil, miskin dan kurang subur justru adalah lahan yang subur bagi pemurtadan, banyak kasus di Sumatera Utara yang harus menjadi perhatian umat Islam. Di Medan, saat ini ramai masjid dijual kepada developer untuk diganti dengan pusat perbelanjaan. Belum lagi para pengungsi muslim letusan Gunung Sinabung yang kini banyak bernaung di gereja-gereja,” paparnya. [eza/Islampos]
Related Post:
Mualaf
- Kagum Pada Kesederhanaan Islam, Pemuda Ini Jadi Mualaf
- Risty Tagor - Stuart Collin Bangun Rumah Tangga Bernafaskan Islam
- Lahir Sebagai Yahudi, Hidayah Membawanya Kepada Islam
- Viviana Masuk Islam Karena Ingin Lebih Mengenali Tuhannya
- Guru di Inggris itu Menemukan Cinta Sejati dalam Islam
- Lahir Sebagai Yahudi, Hidayah Membawanya Kepada Islam
- Subhanallah, Ikuti Jejak Ayah, Putera Van Dorn Masuk Islam
- Misteri Awal Mula Sang Pembenci Islam Itu Jadi Muslim
- Sultan Hasanuddin, Setelah Masuk Islam, Berjuang Melawan Kompeni
- Islam di Mata Sister Prancis Mualaf Ini
- Ahli Riset Jepang Masuk Islam Setelah Teliti Buah Tin dan Zaitun
- Maurice Bucaille, Memutuskan untuk Masuk Islam Setelah Meneliti Mumi Fir’aun
- Mualaf Paling Tua di Dunia
- Rendra Masuk Islam Karena Merasa Allah Lebih Dekat daripada Urat Nadi
- Jalan Hidayah Aktris Nollywood Menemukan Islam
- Artis Sexy Bollywood Mamta Kulkarni Masuk Islam
- Masuk Islam Karena Membaca National Geographic Soal Haji
- Alex, Masuk Islam Setelah Seminggu Berturut-turut Dengarkan Al-Quran
- Kisah Imam Denmark Menemukan Cahaya Islam
- Kisah Haru Yesus Tingkatkan Muallaf Spanyol
- Ameerah, sebuah nama yang mengantarkan pemiliknya kepada Islam
- Menjadi Muslim Seperti Kupu-kupu yang Bebas
- Artis Bella Saphira Masuk Islam
- Shimoyama Shigeru, Menemukan Islam dari Keramahan Muslim Afrika
Category ›
Mualaf
No comments:
Post a Comment