Nama lengkapnya Shuhaib bin Sinan bin Malik, dan populer dengan nama Shuhaib Ar-Rumi. Ia dilahirkan di Mosul tahun 32 sebelum hijrah. Ayahnya adalah seorang gubernur wilayah Al-Ablah pada masa pemerintahan Kisra. Ia berasal dari keturunan Arab Asli.
Masa kecilnya ia lalui dengan bahagia dan dibesarkan di tengah-tengah istana milik ayahnya. Suatu hari, wilayah kekuasaan ayahnya diserbu oleh tentara Romawi. Tentara Romawi menawan sebagian besar penduduknya di antaranya adalah Shuhaib yang saat itu masih anak-anak.
Shuhaib pun dibawa pihak musuh berkelana ke berbagai daerah hingga akhirnya ia dibeli oleh Abdullah bin Jad’an yang berasal dari Makkah. setelah menghabiskan masa kanak-kanaknya dan masa remajanya di wilayah Romawi, ia pun akhirnya mahir berbahasa Romawi.
Tuannya sangat kagum terhadap kecerdasan Shuhaib dan ketulusannya dalam bekerja. Tuannya akhirnya memerdekakannya dan mengajaknya untuk menemaninya berniaga. Ia masuk Islam bersama Ammar bin Yasir. Ia termasuk salah satu diantara tujuh orang yang menampakkan keislamannya dihadapan publik makkah secara terang-terangan.
Ia memiliki kulit cokelat kemerah-merahan, postur tubuhnya sedang, dan rambutnya lebat. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Harist bin Shummah. Tatkala orang-orang musyrik Quraisy mengetahui Shuhaib hijrah ke madinah, mereka pun mengikuti jejaknya. Setelah bertemu, Shuhaib menunjukkan kepada mereka semua harta, emas, dan keuntungan perdagangannya selama ini. Mereka pun mengancam Shuhaib dengan mengatakan, ” dulu anda adalah seorang fakir miskin yang datang kepada kami, kemudian harta anda menjadi berlimpah dan anda menjadi seorang pedagang sukses di tengah-tengah kami. Sekarang anda pergi ke Madinah dengan membawa semua harta kekayaan yang anda miliki”.
Setiba di madinah, Rasulullah mengatakan kepada Shuhaib, “perdagangan anda telah menuai untung, wahai Abu Yahya”. Lalu turunlah firman Allah, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah…” (Al-Baqarah: 207)
Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Suatu ketika, ia terserang penyakit mata, lalu Nabi melihatnya sedang menyantap korma dan berkata, “Anda makan korma, padahal mata anda sedang sakit?” Shuhaib menjawab, “Ya Rasullah, aku menyantapnya dan melihatnya dengan mataku yang satunya yang masih sehat. “Mendengar hal itu, Rasulullah tersenyum sampai gigi depannya tampak.
Ia termasuk seorang pemanah ulung. Sebelum meninggal, Umar bin Al-Khatab berwasiat agar jenazahnya dishalati oleh Shuhaib. Ia mengimami shalat jenazah sebanyak tiga kali sampai 6 orang yang ditunjuk Umar berhasil memilih salah satu di antara mereka menjadi khalifah.
Nabi pernah mengatakan, “Aku adalah sabiq (orang yang paling dahulu masuk islam dari) bangsa arab, shuhaib adalah sabiq bangsa Romawi, Salman adalah sabiq bangsa Persia, dan Bilal adalah sabiq bangsa Habasyah”.
Ia meriwayatkan 307 Hadist dari Nabi, Di antaranya, Nabi bersabda, “Sungguh mengherankan! Apapun yang terjadi pada diri seorang mukmin, pasti mendatangkan kebaikan baginya. Dan yang demikian itu tidak berlaku kecuali bagi orang mukmin. Apabila memperoleh sesuatu yang menyenangkan, ia bersyukur; maka yang demikian itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa sesuatu yang menyusahkan, ia bersabar; maka yang demikian itu menjadi kebaikan baginya”.(HR. Muslim). Shuhaib Ar-Rumi meninggal di Madinah tahun 38 H.
Related Post:
Category ›
Tokoh
No comments:
Post a Comment