PERJALANAN sejarah Mesir tak sesederhana kawasan Timur Tengah lainnya. Mesir dengan segudang kisah historisnya mampu menarik berjuta-juta wisatawan asing dengan pendapatan devisa yang melimpah. Bukan tanpa alasan Mesir dikatakan sebagai salah satu kota terunik di dunia, karena sejarah yang terukir di kota ini sangat variatif.
Walaupun kota-kota di negara ini tidak sebersih kota-kota di Eropa, tapi bangunan peninggalan ratusan tahun, bahkan ribuan tahun lalu masih sangat terawat di Negeri Paraoh ini. Masjid-masjid yang seumuran dengan zaman Majapahit di Indonesia masih kokoh berdiri dan terlihat sangat megah. Tak salah bila Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara. Di kota ini memang bertabur menara-menara masjid indah dari berbagai era kekuasaan yang silih berganti menguasai Mesir.
Salah satu masjid peninggalan sejarah dengan pesona keindahannya yang memukau adalah Masjid Muhammad Ali Pasha. Dibangun oleh Muhammad Ali Pasha tahun 1830-1848, untuk mengenang Tusun Pasha, putra sulungnya yang meninggal tahun 1816. Masjid Muhammad Ali Pasha dinamai sesuai nama Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir dari Dinasti Muhammad Ali, dinasti Islam terakhir yang berkuasa di Mesir sebelum Mesir berubah menjadi republik hingga saat ini. Arsitek masjid ini bernama Yusuf Bushnak dari Istanbul, Turki.
Untuk membangun masjid tersebut, Muhammad Ali Pasha juga mengundang sejumlah insinyur dari Prancis dan Italia sebagai perancangnya. Di antara ide yang dikemukakan para insinyur itu adalah pemilihan lokasi yang unik, yakni di puncak Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di pinggiran Kota Kairo.
Masjid ini, bersama dengan benteng, adalah salah satu tujuan wisata di Kairo dan merupakan salah satu fitur pertama yang akan terlihat ketika mendekati kota dari sisi mana pun.
Masjid Muhammad Ali Pasha dibangun dengan mengadopsi gaya masjid Dinasti Usmaniyah. Masjidnya punya dua buah menara tinggi yang ramping dan runcing. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhuk yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid.
Di dalam masjid ini kita dapat melihat bagian langit-langit puncak kubah dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafaur Rasyidin. Dinding ruang shalat diberi celah-celah yang dihiasi dengan kaca patri berwarna-warni dan pilar-pilar pualam. Di samping itu selain cahaya alami, masjid ini juga menggunakan sistem pencahayaan lampu-lampu hias berukuran besar di bagian tengah ruang shalat. Lampu-lampu hias tersebut diperindah pula dengan lampu-lampu gantung listrik yang memiliki ukuran lebih kecil dengan bola-bola kristal menawan yang terdapat di sekelilingnya. Keberadaan ornamen dan lampu-lampu kristal memberikan keunikan tersendiri pada desain ruang shalat masjid ini.
Masjid Muhammad Ali Pasha ini memiliki banyak nama lain. Misalnya, Masjid Alabaster, karena sebagian besar masjid dilapisi dengan marmer alabaster. Kadangkala juga disebut sebagai Masjid Almarmari, merujuk kepada bahan marmer yang mendominasi bangunan masjid ini.
Di dalam Benteng Salahudin Al-Ayyubi ini, selain Masjid Muhammad Ali juga terdapat dua museum, yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya. Juga terdapat dokumen-dokumen penting sejak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini.
Selain dapat menikmati keindahan masjid yang sarat dengan dekorasi dan ornamen, pengunjung juga dapat melihat hampir seantero Kota Kairo, berikut Sungai Nil dan Piramida di kejauhan dari halaman masjid. ini yang membuat pengunjung betah berlama-lama di lokasi ini, sambil mengabadikannya dengan berbagai macam kamera digital.
Saat ini Masjid Muhammad Ali tidak lagi digunakan sebagai tempat peribadatan, namun lebih semacam area wisata dan museum. Tapi jika sudah masuk waktu shalat, para pengunjung boleh shalat di masjid ini.
Untuk masuk ke dalam Benteng Salahuddin, kita harus beli tiket seharga 50 pound Mesir untuk umum dan 25 pound untuk pelajar. Benteng ini dibuka dari pukul 08.00 pagi sampai 16.30 waktu Kairo.
Saya bersyukur bisa mengunjungi masjid yang menabalkan nama Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir dari Dinasti Muhammad Ali.
Dia pemimpin tersohor kebanggaan rakyat Mesir, terutama dalam merevolusi negara ini menjadi negara industri dan modern.
Related Post:
Category ›
Masjid
No comments:
Post a Comment